Beijing – Pemerintah China melayangkan protes keras terhadap kebijakan terbaru Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang memberlakukan tarif universal dan tarif timbal balik terhadap sejumlah besar negara mitra dagangnya, termasuk China. Kebijakan ini dinilai keliru, diskriminatif, dan berpotensi mengguncang tatanan perdagangan internasional yang telah dibangun selama puluhan tahun.
Dalam pernyataan resmi yang disampaikan pada Kamis (3/4/2025), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menyebut langkah sepihak Amerika Serikat sebagai pelanggaran terhadap prinsip kesetaraan dan kerja sama internasional.
Gambar Istimewa: inilah.com
“Kami mendesak Amerika Serikat untuk menghentikan kebijakan yang salah arah ini, dan menyelesaikan perselisihan dagang melalui dialog yang berlandaskan pada prinsip kesetaraan, saling menghormati, dan keuntungan bersama,” ujar Guo Jiakun kepada media.
Langkah kontroversial dari Gedung Putih ini diumumkan secara resmi awal pekan ini. Pemerintahan Trump akan mulai menerapkan tarif dasar sebesar 10% terhadap hampir semua barang impor yang masuk ke wilayah AS, efektif mulai Sabtu, 5 April 2025 pukul 00.01 waktu setempat.
Tak berhenti di sana, sekitar 60 negara yang dianggap sebagai mitra dagang “paling merugikan” juga akan dikenai tarif tambahan, yang disebut sebagai tarif timbal balik. Negara-negara tersebut akan dikenakan tarif setengah dari tarif yang mereka kenakan kepada Amerika Serikat, dan kebijakan ini mulai berlaku 9 April 2025.
Kebijakan ini memicu kecaman luas dari berbagai belahan dunia. Namun, China menjadi yang paling vokal, menyebut kebijakan ini sebagai bentuk intimidasi ekonomi yang tidak sejalan dengan aturan main Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
“Kebijakan AS ini secara terang-terangan melanggar regulasi WTO dan merusak sistem perdagangan multilateral yang berbasis aturan,” tegas Guo Jiakun.
Pemerintah China juga menyatakan siap mengambil langkah-langkah balasan demi melindungi hak dan kepentingan sah negaranya. Meski belum mengumumkan secara rinci bentuk respons yang akan diambil, sinyal kuat diberikan bahwa Beijing tidak akan tinggal diam.
Guo Jiakun menambahkan bahwa kenaikan tarif secara sepihak ini tidak hanya merugikan China, tetapi juga masyarakat global. Ia menilai kebijakan tersebut justru akan membebani ekonomi domestik AS dan menciptakan ketidakpastian global yang lebih besar.
“Sudah semakin jelas bahwa banyak negara kini mulai melawan kebijakan sepihak Amerika Serikat yang cenderung memaksakan kehendak dan bersifat koersif,” ujar Guo.
Sejumlah analis perdagangan internasional juga menilai bahwa keputusan Trump ini berisiko tinggi. Selain dapat memicu perang dagang baru, kebijakan tarif besar-besaran juga berpotensi menghambat pemulihan ekonomi global pasca-pandemi dan memperparah inflasi di dalam negeri AS.
China dengan tegas menolak keras kebijakan tarif sepihak yang diterapkan oleh Amerika Serikat, menyebut langkah tersebut sebagai pelanggaran terhadap semangat kerja sama internasional dan aturan WTO. Dalam konteks global yang membutuhkan kolaborasi, bukan konfrontasi, langkah Presiden Trump dinilai akan menciptakan ketegangan baru di ranah perdagangan internasional. Dengan tekanan dari berbagai pihak, dunia kini menanti apakah AS akan tetap bersikukuh dengan kebijakannya, atau akhirnya membuka ruang dialog yang lebih konstruktif dengan mitra-mitra dagangnya.