RakyatIndonesia, Ancaman pemblokiran TikTok di Amerika Serikat pada 19 Januari mendatang telah menciptakan gelombang migrasi pengguna ke aplikasi video pendek asal Tiongkok, Xiaohongshu, atau yang dikenal juga dengan nama RedNote. Tren ini menjadi sorotan setelah tagar #TikTokRefugee dan istilah “pengungsi TikTok” mulai viral di Xiaohongshu, dengan lebih dari 114.000 unggahan dan dua juta percakapan hingga Selasa, 14 Januari. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan dinamika persaingan media sosial global, tetapi juga membuka peluang besar bagi Xiaohongshu untuk menembus pasar AS.
Gambar Istimewa : kingshiper.com
Lonjakan Pengguna Baru
Peningkatan jumlah pengguna AS di Xiaohongshu disambut antusias oleh komunitas pengguna asal Tiongkok. Mereka aktif membagikan berbagai tips penggunaan aplikasi, serta mempromosikan budaya Tiongkok melalui konten foto dan video. Beberapa unggahan populer menampilkan kuliner khas Tiongkok dan transportasi umum seperti kereta cepat. Tidak hanya itu, beberapa pengguna bahkan menawarkan kursus bahasa Mandarin gratis untuk membantu pengguna baru beradaptasi.
Sementara itu, pengguna asal AS lebih banyak berbagi konten santai seperti foto dan video hewan peliharaan mereka. Interaksi lintas budaya pun terlihat dari banjir komentar berbahasa Mandarin di unggahan-unggahan tersebut. Hal ini menciptakan dialog antar budaya yang belum pernah terjadi sebelumnya di platform media sosial serupa.
Keunggulan Xiaohongshu
Salah satu alasan utama Xiaohongshu menjadi alternatif menarik adalah kemudahan akses dan fitur-fitur unggulannya. Berbeda dengan TikTok yang menghadapi kekhawatiran terkait keamanan data, Xiaohongshu tidak mewajibkan verifikasi nomor telepon Tiongkok untuk registrasi. Selain itu, aplikasi ini menawarkan pengalaman yang lebih terintegrasi dengan fitur belanja langsung di dalam platform. Dengan sekitar 300 juta pengguna aktif bulanan secara global pada Desember 2024, Xiaohongshu mampu menarik perhatian pengguna yang merasa tidak aman dengan kebijakan data TikTok.
Namun, ada satu hal yang perlu diperhatikan: Xiaohongshu tidak memiliki server terpisah untuk pengguna dalam dan luar Tiongkok. Ini berarti semua data pengguna global disimpan dalam sistem yang sama, yang mungkin menimbulkan pertanyaan tentang privasi data.
Tanggapan Resmi
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Guo Jiakun, turut mengomentari fenomena ini. Dalam konferensi pers di Beijing pada Kamis, 16 Januari, Guo menyatakan bahwa pihaknya mendukung pertukaran budaya antara Tiongkok dan negara-negara lain. Ia juga menekankan bahwa penggunaan platform media sosial sepenuhnya merupakan keputusan individu.
Pernyataan ini menunjukkan sikap pemerintah Tiongkok yang mendukung perkembangan aplikasi buatan lokal sebagai alat untuk memperkuat interaksi global. Hal ini sekaligus memperkuat posisi Xiaohongshu sebagai salah satu platform media sosial yang memiliki potensi besar di pasar internasional.
Dinamika Persaingan Media Sosial
Migrasi pengguna TikTok ke Xiaohongshu mencerminkan dinamika yang lebih besar dalam persaingan media sosial global. Ketika ancaman pemblokiran dan isu keamanan data menjadi perhatian utama, pengguna cenderung mencari alternatif yang lebih aman dan fleksibel. Dalam konteks ini, Xiaohongshu hadir sebagai solusi yang menawarkan pengalaman berbeda sekaligus menjembatani budaya antar negara.
Dengan momentum yang ada, Xiaohongshu memiliki peluang besar untuk memperluas pengaruhnya di pasar internasional. Namun, tantangan seperti transparansi pengelolaan data pengguna tetap menjadi perhatian penting yang perlu dijawab jika ingin mempertahankan pertumbuhan ini.
Fenomena ini tidak hanya mengubah peta persaingan media sosial, tetapi juga mencerminkan bagaimana teknologi dapat menjadi alat untuk membangun hubungan lintas budaya yang lebih erat. Dengan demikian, Xiaohongshu bukan sekadar alternatif TikTok, melainkan simbol baru dalam interaksi digital global.